Bandung, 18 April 2025 – Jumat Agung, yang tahun ini jatuh pada tanggal 18 April, kembali menjadi hari penuh makna bagi umat Kristiani di seluruh dunia. Momen ini diperingati untuk mengenang sengsara dan wafatnya Yesus Kristus di kayu salib—sebuah peristiwa yang menjadi inti dari iman Kristiani.
Di berbagai gereja, dari katedral megah hingga kapel sederhana, umat berkumpul dalam suasana khidmat dan penuh perenungan. Liturgi Jumat Agung tidak disertai perayaan Ekaristi, sebagai bentuk penghormatan atas wafatnya Kristus. Sebaliknya, umat mengikuti Ibadat Sabda, penghormatan salib, dan komuni kudus yang sudah dikuduskan sebelumnya.
Ribuan umat memadati kursi-kursi sejak pagi hari. Suara lantunan kidung sengsara mengisi ruangan, menciptakan atmosfer yang menggugah batin. Uskup Agung Jakarta dalam homilinya menyampaikan pesan kasih dan pengampunan, menekankan pentingnya meneladani pengorbanan Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
"Jumat Agung bukan hanya tentang duka, tapi juga tentang kasih yang paling dalam. Sebuah kasih yang tak mengenal syarat," ujarnya di hadapan ribuan jemaat.
Perayaan Jumat Agung juga terasa istimewa karena tahun ini bertepatan dengan masa penuh tantangan global—di tengah ketidakpastian ekonomi dan konflik di berbagai belahan dunia, peringatan ini mengajak manusia untuk kembali pada nilai-nilai kemanusiaan, pengorbanan, dan solidaritas.
Di luar gereja, sejumlah komunitas juga mengadakan kegiatan sosial sebagai bentuk nyata dari kasih Kristus: mulai dari pembagian makanan bagi yang membutuhkan hingga pelayanan kesehatan gratis di daerah terpencil.
Jumat Agung bukan sekadar mengenang peristiwa masa lalu. Bagi banyak umat, hari ini adalah ajakan untuk merenung, memperbaiki diri, dan memaknai ulang arti kehidupan.
Dan ketika lonceng berbunyi di penghujung ibadat sore, umat pulang dalam diam—membawa pulang damai, sekaligus harapan akan kebangkitan yang segera tiba di Minggu Paskah.